OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)
Postingan Asli Oleh Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.
24 Februari 2011
Foto Merapi Oleh Bert Lanting 30 Desember 2007 |
Berkaitan konteks ini, saya ulangi menceritakan suatu kejadian.
Pada
th '90, tim SARDA DIY minta bantuan MP, mencari survivor yang sudah
hampir sebulan hilang di Merapi, operasi SAR sudah lewat batas
waktu.(dua orang menwa, nama A dan B, meninggalkan kamp pelatihan di
SELO , lereng utara Merapi, melintasi puncak menuju Kaliurang. Menwa B,
peserta pelatihan, ditemukan kebingungan di pos II, sedangkan menwa A,
sang komandan pelatihan, hilang.).
Ketika
tim MP datang di posko SAR di Kinahrejo, di rmh mbah Wir, lebih atas
dari rmh mbah Maridjan, mas Giyo/MP, langsung menunjuk satu titik di
peta, sambil bilang, survivor ada dikaki bukit yang berbentuk seperti
tumpeng,(ternyata bernama bukit Kukusan). Para senior mapala/dedengkot
sar, kontan tidak sepakat, karena posisi menwa B ditemukan, jauh lebih
tinggi dan jauh kebarat.
Malamnya, dari posisi posko dilakukan deteksi arah. Semua deteksi mengarah pada arah yang sama.
Selain itu "dirasakan" ada banyak "ampak ampak, pedut" atau halimun pekat pada arah tersebut.
Diputuskan
untuk dilakukan "pembersihan" dengan formasi anak panah, satu didepan,
yang lain dibelakang mendorong. Lumayan "bersih".
Besoknya
sampai beberapa hari, operasi SAR terkendala cuaca buruk, btw tim MP
sering beraksi mindah hujan guna melindungi regu2/SRU yang jalan.
Tapi apa lacur?
Flying camp selalu porak poranda dihantam badai. Para personil mapala bawaanya mau berantem saja antar kelompok.
Puncaknya,
anggota SARDA yang kualifikasinya berani ke puncak gunung sendirian
dimalam hari, ternyata tidak berani keluar rumah mbah Wir dimalam hari,
(kalau posko ditinggal menwa MP/tim MP). Katanya suasananya sangat
menakutkan. Sapi2 memberontak mau keluar kandang, anjing2 melolong
lolong.
Saya
putuskan untuk menelpon mas Poeng di Jkt untuk segera ke Yogya. Mas
Poeng diantar mas Jo ( Johanes Iskandar), saya jemput di airport
langsung ke Kinahrejo.
Mas Poeng berpendapat:
A. Mustinya deteksi arah dilakukan dari dua titik berbeda, sehingga ada dua garis arah yang bertemu di satu titik.
B. Survivor tidak dibunuh, tapi terpeleset dilereng sungai, kepalanya tertusuk kayu tajam.
C. KESALAHAN tim MP yang cukup fatal, kenapa musti "bersih2" segala.
Sesuatu, entitas apapun yang dibersihkan, adalah ciptaanNya, yang memang disitu tempatnya.
Ibarat
mau makan diwarung tenda, orang2 yang sedang makan diusir, dipukuli.
Mereka terpaksa pergi. Giliran yang ditakuti pergi, teman2 kita ganti
diganggu.
Sebaliknya
bila kita sopan, kulonuwun, mereka akan bergeser memberi tempat. Bahkan
kalau kita celingukan mencari lauk, mereka akan mengambilkan lauk yang
ada didekatnya.
Niatnya sih baik nyari survivor, tapi caranya kurang ajar.
Jadi
prosedur harus benar. Mengakui keberadaan entitas lain ciptaanNya,
samasekali BEDA dengan mempersekutukannya. Mas Poeng langsung minta
diantar pulang ke airport.
Malamnya,
mas Yuli Purwanto alias mas Ipung Tokyo (skrg pelatih MP di Jepang),
melakukan meditasi , menyebar getaran dengan niat baik.
Aneh
bin ajaib, dua hari cuaca cerah mendukung. Hari ketiga, dituntun
dengungan rombongan lalat hijau, survivor terlihat didasar kali Bebeng,
dibawah bukit Kukusan. Tiap hari tim lewat didekat situ, rupanya
tertutup pasir. Bekas ditebing (tempat terpeleset), jelas kelihatan. Di
kepala, tertancap ranting tajam.
Mudah2an dari kejadian ini, bisa kita ambil hikmahnya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar