Jumat, 21 Mei 2021

OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)

OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)

 

Postingan Asli Oleh Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.

24 Februari 2011

Foto Merapi Oleh Bert Lanting 30 Desember 2007


Berkaitan konteks ini, saya ulangi menceritakan suatu kejadian.
Pada th '90, tim SARDA DIY minta bantuan MP, mencari survivor yang sudah hampir sebulan hilang di Merapi, operasi SAR sudah lewat batas waktu.(dua orang menwa, nama A dan B, meninggalkan kamp pelatihan di SELO , lereng utara Merapi, melintasi puncak menuju Kaliurang. Menwa B, peserta pelatihan, ditemukan kebingungan di pos II, sedangkan menwa A, sang komandan pelatihan, hilang.).
Ketika tim MP datang di posko SAR di Kinahrejo, di rmh mbah Wir, lebih atas dari rmh mbah Maridjan, mas Giyo/MP, langsung menunjuk satu titik di peta, sambil bilang, survivor ada dikaki bukit yang berbentuk seperti tumpeng,(ternyata bernama bukit Kukusan). Para senior mapala/dedengkot sar, kontan tidak sepakat, karena posisi menwa B ditemukan, jauh lebih tinggi dan jauh kebarat.
Malamnya, dari posisi posko dilakukan deteksi arah. Semua deteksi mengarah pada arah yang sama.
Selain itu "dirasakan" ada banyak "ampak ampak, pedut" atau halimun pekat pada arah tersebut.
Diputuskan untuk dilakukan "pembersihan" dengan formasi anak panah, satu didepan, yang lain dibelakang mendorong. Lumayan "bersih".
Besoknya sampai beberapa hari, operasi SAR terkendala cuaca buruk, btw tim MP sering beraksi mindah hujan guna melindungi regu2/SRU yang jalan.
Tapi apa lacur?
Flying camp selalu porak poranda dihantam badai. Para personil mapala bawaanya mau berantem saja antar kelompok.
Puncaknya, anggota SARDA yang kualifikasinya berani ke puncak gunung sendirian dimalam hari, ternyata tidak berani keluar rumah mbah Wir dimalam hari, (kalau posko ditinggal menwa MP/tim MP). Katanya suasananya sangat menakutkan. Sapi2 memberontak mau keluar kandang, anjing2 melolong lolong.
Saya putuskan untuk menelpon mas Poeng di Jkt untuk segera ke Yogya. Mas Poeng diantar mas Jo ( Johanes Iskandar), saya jemput di airport langsung ke Kinahrejo.
Mas Poeng berpendapat:
A. Mustinya deteksi arah dilakukan dari dua titik berbeda, sehingga ada dua garis arah yang bertemu di satu titik.
B. Survivor tidak dibunuh, tapi terpeleset dilereng sungai, kepalanya tertusuk kayu tajam.
C. KESALAHAN tim MP yang cukup fatal, kenapa musti "bersih2" segala.
Sesuatu, entitas apapun yang dibersihkan, adalah ciptaanNya, yang memang disitu tempatnya.
Ibarat mau makan diwarung tenda, orang2 yang sedang makan diusir, dipukuli. Mereka terpaksa pergi. Giliran yang ditakuti pergi, teman2 kita ganti diganggu.
Sebaliknya bila kita sopan, kulonuwun, mereka akan bergeser memberi tempat. Bahkan kalau kita celingukan mencari lauk, mereka akan mengambilkan lauk yang ada didekatnya.
Niatnya sih baik nyari survivor, tapi caranya kurang ajar.
Jadi prosedur harus benar. Mengakui keberadaan entitas lain ciptaanNya, samasekali BEDA dengan mempersekutukannya. Mas Poeng langsung minta diantar pulang ke airport.
Malamnya, mas Yuli Purwanto alias mas Ipung Tokyo (skrg pelatih MP di Jepang), melakukan meditasi , menyebar getaran dengan niat baik.
Aneh bin ajaib, dua hari cuaca cerah mendukung. Hari ketiga, dituntun dengungan rombongan lalat hijau, survivor terlihat didasar kali Bebeng, dibawah bukit Kukusan. Tiap hari tim lewat didekat situ, rupanya tertutup pasir. Bekas ditebing (tempat terpeleset), jelas kelihatan. Di kepala, tertancap ranting tajam.
Mudah2an dari kejadian ini, bisa kita ambil hikmahnya. Amin.
Salam.
 
Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar