Jumat, 28 Mei 2021

MERPATI PUTIH & TUNGGAL HATI SEMINARI / TUNGGAL HATI MARIA & RETI ATI

Postingan Asli Oleh Nehemia Budi Setyawan
Admin · 23 hrs · Jakarta
(October 29 at 11:33pm · Jakarta)

Selamat siang rekan rekan semuanya. Sekelumit sejarah Perjalanan Merpati Putih yang bisa kita sharing disini.

Mas Poeng Mas Budi sewaktu remaja aktif di kegiatan Pemuda Gereja di Yogyakarta. Dan
Mas Sukomartoyo / Romo Suko /Romo Hadi yang seorang Katholik (rumahnya di Jamu Lugumurni depan THR jl Katamso Yogya) adalah sahabat dekat Mas Poeng/Mas Budi/ Mbak Edi ( Mbak Edi adalah adik Mas Poeng /kakak Mas Budi). Mereka bertiga Mas Poeng, Mas Budi dan Mas Suko adalah
Teman sepermainan bahkan teman berantem/tawuran kala itu.
Guru dari Mas Sukomartoyo antara lain RM Soenardi (Perguruan Tunggal Hati) di kampung Brontokusuman (sisi timur kampung Timuran Yogyakarta).
Mas Sukomartoyo mengajak latihan ke Pak Nardi. Disana sedang digiatkan kegiatan seni dan olahraga dengan nama RAS (Rukun Agawe Santosa). Ada voley, seni tari, pencak silat dll.

Menurut Mbak Edi, Pak Saring melarang Mas Poeng dan Mas Budi ikut di pertunjukan pertunjukan yang dikirim oleh RAS/Tunggal Hati dengan alasan tertentu.
Baru beberapa bulan, Mas Sukomartoyo lulus terbaik SMA Johannes De Britto Yogyakarta. Dan memutuskan ke Sekolah Seminari di Mertoyudan Magelang (sekolah calon pastur).
Dan akhirnya latihan pencak di Brontokusuman langsung bubar.

Mas Poeng dan Mas Budi yang sebelum itu sudah diutus oleh Pak Saring untuk sedikit belajar ke Bp. Netra Widjihartani (Prisai Sakti Mataram), Bp. Darsono (SHO/Setia Hati Organisasi) dan yg paling lama ke mbah Joyosuwito (POPSI Bayumanunggal di Timuran Selatan / Prawirotaman) dan lain lain, dan diberi dawuh oleh Pak Saring, untuk *mempersiapkan diri* fokus pada latihan "Merpati Putih", untuk disiapkan menjadi *pewaris keilmuan*, meneruskan amanah yg diberikan Pak Saring.

Mas Guntur yang juga hadir semalam di rumah dan juga pendiri Perguruan Reti Ati itu adalah putra bungsu Pak Nardi (Perguruan Tunggal Hati) . Semalam saya juga dikenalkan putra dari Mas Guntur yakni Mas Halilintar selaku calon Pewaris dari Reti Ati.

Mas Poeng pernah mengatakan bahwa Mas Guntur dilatih Merpati Putih oleh Mas Budi. Menurut Mbak Edi, Mas Guntur sering latihan di sor pring di Timuran dengan Mas Yas Hariprasetyo (adik kandung Mas Poeng Mas Budi) kala itu karena memang seumuran dengan Mas Yas (Mas Yas adalah yang mengembangkan dan memajukan MP Bali) . Mbak Yanti/mami saya semalam juga mengatakan kalau Mas Guntur pernah membantu mas Budi melatih Merpati Putih sewaktu di Jogja kala itu.

Belakangan, kira kira th 1976 ketika Mas Poeng dan Mas Budi sudah hijrah ke Jakarta dari Yogyakarta, Mas Guntur mendirikan PPS RA (Reti Ati).

Pertemuan terakhir Romo Suko dengan Mas Poeng adalah ketika Mas Poeng sakit dan di rawat di Rumah Sakit Haji Pondok Gede. Mas Pung mengatakan kepada Romo.. "Romo, kalau sedang tugas kemana mana sebagai Pastor seperti ke Eropa atau Amerika dan butuh sesuatu hubungi Merpati Putih disana, bagaimanapun Romo adalah keluarga saya dan keluarga Merpati Putih".

Ah... 3 orang sahabat yang cerita perjalanan hidupnya membuat saya kagum. Mas Poeng yang memutuskan hijrah dari seorang kristen menjadi seorang Muslim hingga akhir hayatnya, Mas Budi tetap menjadi seorang Kristiani yang baik dan taat hingga akhir hayatnya, dan Romo Suko yang telah mengabdikan dirinya menjadi seorang Pastur Katholik sepanjang hayatnya hingga sekarang dan mendirikan Tunggal Hati Seminari (THS / THM) pada tahun 1986.

Kisah beragamnya perjalanan hidup Guru guru kita dan para sahabatnya yang mewarnai Sejarah Perjalanan PPS BETAKO MERPATI PUTIH. SEMOGA TUHAN SELALUI MENYERTAI KITA SEMUA. AMIEN....



-pancer-


Jumat, 21 Mei 2021

OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)

OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)

 

Postingan Asli Oleh Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.

24 Februari 2011

Foto Merapi Oleh Bert Lanting 30 Desember 2007


Berkaitan konteks ini, saya ulangi menceritakan suatu kejadian.
Pada th '90, tim SARDA DIY minta bantuan MP, mencari survivor yang sudah hampir sebulan hilang di Merapi, operasi SAR sudah lewat batas waktu.(dua orang menwa, nama A dan B, meninggalkan kamp pelatihan di SELO , lereng utara Merapi, melintasi puncak menuju Kaliurang. Menwa B, peserta pelatihan, ditemukan kebingungan di pos II, sedangkan menwa A, sang komandan pelatihan, hilang.).
Ketika tim MP datang di posko SAR di Kinahrejo, di rmh mbah Wir, lebih atas dari rmh mbah Maridjan, mas Giyo/MP, langsung menunjuk satu titik di peta, sambil bilang, survivor ada dikaki bukit yang berbentuk seperti tumpeng,(ternyata bernama bukit Kukusan). Para senior mapala/dedengkot sar, kontan tidak sepakat, karena posisi menwa B ditemukan, jauh lebih tinggi dan jauh kebarat.
Malamnya, dari posisi posko dilakukan deteksi arah. Semua deteksi mengarah pada arah yang sama.
Selain itu "dirasakan" ada banyak "ampak ampak, pedut" atau halimun pekat pada arah tersebut.
Diputuskan untuk dilakukan "pembersihan" dengan formasi anak panah, satu didepan, yang lain dibelakang mendorong. Lumayan "bersih".
Besoknya sampai beberapa hari, operasi SAR terkendala cuaca buruk, btw tim MP sering beraksi mindah hujan guna melindungi regu2/SRU yang jalan.
Tapi apa lacur?
Flying camp selalu porak poranda dihantam badai. Para personil mapala bawaanya mau berantem saja antar kelompok.
Puncaknya, anggota SARDA yang kualifikasinya berani ke puncak gunung sendirian dimalam hari, ternyata tidak berani keluar rumah mbah Wir dimalam hari, (kalau posko ditinggal menwa MP/tim MP). Katanya suasananya sangat menakutkan. Sapi2 memberontak mau keluar kandang, anjing2 melolong lolong.
Saya putuskan untuk menelpon mas Poeng di Jkt untuk segera ke Yogya. Mas Poeng diantar mas Jo ( Johanes Iskandar), saya jemput di airport langsung ke Kinahrejo.
Mas Poeng berpendapat:
A. Mustinya deteksi arah dilakukan dari dua titik berbeda, sehingga ada dua garis arah yang bertemu di satu titik.
B. Survivor tidak dibunuh, tapi terpeleset dilereng sungai, kepalanya tertusuk kayu tajam.
C. KESALAHAN tim MP yang cukup fatal, kenapa musti "bersih2" segala.
Sesuatu, entitas apapun yang dibersihkan, adalah ciptaanNya, yang memang disitu tempatnya.
Ibarat mau makan diwarung tenda, orang2 yang sedang makan diusir, dipukuli. Mereka terpaksa pergi. Giliran yang ditakuti pergi, teman2 kita ganti diganggu.
Sebaliknya bila kita sopan, kulonuwun, mereka akan bergeser memberi tempat. Bahkan kalau kita celingukan mencari lauk, mereka akan mengambilkan lauk yang ada didekatnya.
Niatnya sih baik nyari survivor, tapi caranya kurang ajar.
Jadi prosedur harus benar. Mengakui keberadaan entitas lain ciptaanNya, samasekali BEDA dengan mempersekutukannya. Mas Poeng langsung minta diantar pulang ke airport.
Malamnya, mas Yuli Purwanto alias mas Ipung Tokyo (skrg pelatih MP di Jepang), melakukan meditasi , menyebar getaran dengan niat baik.
Aneh bin ajaib, dua hari cuaca cerah mendukung. Hari ketiga, dituntun dengungan rombongan lalat hijau, survivor terlihat didasar kali Bebeng, dibawah bukit Kukusan. Tiap hari tim lewat didekat situ, rupanya tertutup pasir. Bekas ditebing (tempat terpeleset), jelas kelihatan. Di kepala, tertancap ranting tajam.
Mudah2an dari kejadian ini, bisa kita ambil hikmahnya. Amin.
Salam.
 
Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.

 



Jumat, 14 Mei 2021

Letnan Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Merpati Putih

 4 Januari 2021

Menguasai ilmu bela diri sudah menjadi suatu keharusan bagi setiap prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Apalagi bagi seorang Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto Djojohadikusumo, yang pernah menjadi anggota pasukan elite Komando Pasukan Khususu (Kopassus).

Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi Kopassus, jebolan Akademi Militer (Akmil) 1974 ini diketahui pernah menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, periode 1 Desember 1995 hingga 20 Maret 1998.

Jauh sebelum memimpin pasukan elite TNI Angkatan Darat itu, Prabowo kenyang dengan pengalaman tempur. Beberapa diantaranya adalah saat diterjunkan dalam Operasi Seroja di Timor-Timur, dan Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma Papua.

Selain mahir menggunakan senjata, Prabowo tentu andal dalam penguasaan ilmu bela diri. Ternyata, Prabowo pernah mempelajari berbagai ilmu bela diri yang berasal dari Jepang, semisal judo dan karate.

Namun demikian, pria yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) sempat merasa kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia. Pasalnya, saat belajar ilmu bela diri karate dan judo Prabowo harus mengikuti tata cara dan istilah Jepang.

"Saya waktu prajurit itu memang ada komandan-komandan saya yang suruh belajar karate, judo, dan saya ikut juga menyenangi. Tapi, akhirnya kita harus ikut hormat secara Jepang, pakai istilah Jepang. Saya kok merasa, di mana pride kita sebagai bangsa Indonesia?" ucap Prabowo.

Timbul di benak Prabowo untuk kembali ke akar. Ya, pada akhirnya pria kelahiran 17 Oktober 1951 ini menerima anjuran dari sang senior, Mayjen TNI Mung Parahadimulyo, yang diketahui pernah menjadi Danjen Kopassus ke-4 jauh sebelum Prabowo.

Diceritakan Prabowo, Mung lah sosok yang berjasa membawa perguruan pencak silat ternama, Merpati Putih, untuk menjadi bela diri utama di Kopassus. Pada akhirnya, Prabowo pun ikut serta membesarkan bela diri pencak silat di kalangan TNI Angkatan Darat.

Sebagai seorang nasionalis, Prabowo dengan tegas menyatakan bahwa pencak silat adalah budaya asli Indonesia yang akan memperkuat karakter bangsa. Menurutnya juga, budaya bangsa akan terkikis jika putra-putri bangsa tidak ikut serta melestarikannya.

"Padahal kita punya bela diri dari bangsa kita sendiri, yang hormatnya sesuai dengan budaya kita. Di situ waktu itu, senior-senior di tentara Pak Mung Parahadimulyo terutama. Beliau orang yang sangat nasionalis, patriotik. Beliau menganjurkan kita kembali ke pencak silat," kata Prabowo melanjutkan.

"Dan di situ lah, beliau bawa Merpati Putih ke Kopassus dan akhirnya saya ikut dalam arus itu.K ita harus kembali ke akar, siapa lagi yang harus menghormati budaya kita kalau bukan putra-putrinya sendiri. Kalau kita tidak punya jati diri, saya kira karakter kita tidak akan kuat," ujarnya.

 

Prabowo Subianto Menjenguk Mas Poeng dan berkata "Mas Poeng Ini Guru Silat Saya" 11 Mei 2014

 
Prabowo Subianto Menjenguk Mas Poeng dan berkata "Mas Poeng Ini Guru Silat Saya" 11 Mei 2014

 Sumber Foto: Nambi' Prazetyo ThreEmofive

-pancer-

Jumat, 07 Mei 2021

ISU ILMU GETARAN MERPATI PUTIH HOAX DI KOPASSUS

Postingan Asli Oleh Mas Gunggung
2 April 2012

Mas Panut, anggota MP dari kesatuan Kopassus, membagi pengalaman menariknya menjelang peringatan HUT Merpati Putih yang ke-49 di MP Nursery Cipayung, Jakarta Timur.

Beberapa tahun yang lalu berhembus isu di Kopassus bahwa ilmu Getaran Merpati Putih adalah hoax alias bohong alias tipu-tipu. Tidak tanggung-tanggung, isu itu dihembuskan oleh atasannya sendiri. Mendengar isu tersebut, Komandan Jendral KOPASSUS saat itu (pak Prabowo Subianto) memanggil semua anggota KOPASSUS yang dilatih MP untuk dimintai pertanggungjawaban. Turut dipanggil juga mas Toto Suwardoyo (senior MP yang juga melatih KOPASSUS). Dikumpulkanlah 15 orang anggota yg berlatih MP. Anggota pertama ditanya, karena jawabannya dianggap tidak meyakinkan maka langsung dihajar dan tersungkur. Demikian juga anggota kedua, dan ketiga. Dengan tidak menunggu lama dan karena ingin mempertahankan kehormatan MP di KOPASSUS, mas Panut yang berada di urutan ke-13 berkata lantang kalau dia akan mempertahankan kehormatan MP dengan ilmu getarannya.

Setelah itu, mas Panut ditutup matanya oleh danjen KOPASSUS dengan lakban hitam. Tidak tanggung-tanggung sampe lima gulung lakban. Semua muka, hidung, mulut, hingga seperti mumi. Diberikan oksigen untuk bernafas hanya pada lubang kecil dimulut yg dilobangi dengan sangkur. Setelah itu ditambah lagi dengan diikat matanya menggunakan syal, lalu dililit lagi dengan lakban hitam.

Saat selesai, masih ditambahi dengan tubuhnya dihajar, ditendang, hingga lima menitan. Setelah selesai, lalu dibawa ke rumah dinas KOPASSUS yang cukup besar yang lampunya dimatikan. Gelap total. Dikepalanya ditodong senjata yang sudah terkokang dengan ancaman kalau kamu tidak bisa menunjukkan kebenaran ilmu Getaran MP seperti yang dituduhkan maka kamu akan habis malam ini juga. Tidak ada kompromi.

Yang harus dilakukan mas Panut adalah mencari sebuah benda yang oleh DanJen KOPASSUS disembunyikan di dalam rumah di suatu tempat yang entah berantah.

Akhirnya, benda yang dimaksud diketemukan. Benda tsb ditempelkan dilangit-langit kamar yang cukup tinggi dan dilakban hitam juga. Saat mas Panut berusaha mengambil dengan menyiapkan kursi kecil, dibentak oleh DanJen KOPASSUS. Tidak usah diambil, cukup kamu katakan saja itu apa. Dijawab kalau itu sebuah kertas kecil. Ditanya dengan lantang oleh DanJen, coba kamu baca apa yang saya tulis disitu! Dijawab oleh mas Panut dengan mantap "siap... BALADIKA!".

Dan setelah selesai, atasan mas Panut yang menghembuskan isu kalau getaran itu hoax langsung dipanggil saat itu juga dan dihajar habis-habisan di depan anak buahnya sendiri. Dikatakan lantang oleh DanJen KOPASSUS, "Kamu ini yang bohong! Getaran MP itu yang benar!". Dan dihajar lagi habis-habisan.

Berkat usahanya yang gigih dalam mempertahankan kehormatan Merpati Putih di KOPASSUS saat itu, mas Panut dihadiahi kenaikan tingkat kehormatan oleh Guru Besar Mas Poeng dari Khusus 1 menjadi Khusus 2.

Menurut mas Panut, roh beladiri Kopassus adalah Merpati Putih meskipun ada beladiri lain yang masuk silih berganti. Selain sejak tahun 1975 MP diajarkan kepada KOPASSUS sebagai skill pelengkap kemampuan istimewa individu pasukan, juga karena setiap kali ada demonstrasi beladiri, SELALU SAJA peragaan Merpati Putih yang menimbulkan decak kagum militer luar negeri.

Mas Amran Panut Saat HUT MP 2 April 2012

Mas Amran Panut Bersama MP KOPASSUS

Mas Amran Panut Dengan Kedua Seragam Kebesarannya