Postingan Asli Oleh Nehemia Budi Setyawan
Admin · 23 hrs · Jakarta
(October 29 at 11:33pm · Jakarta)
Selamat siang rekan rekan semuanya. Sekelumit sejarah Perjalanan Merpati Putih yang bisa kita sharing disini.
Mas Poeng Mas Budi sewaktu remaja aktif di kegiatan Pemuda Gereja di Yogyakarta. Dan
Mas
Sukomartoyo / Romo Suko /Romo Hadi yang seorang Katholik (rumahnya di
Jamu Lugumurni depan THR jl Katamso Yogya) adalah sahabat dekat Mas
Poeng/Mas Budi/ Mbak Edi ( Mbak Edi adalah adik Mas Poeng /kakak Mas
Budi). Mereka bertiga Mas Poeng, Mas Budi dan Mas Suko adalah
Teman sepermainan bahkan teman berantem/tawuran kala itu.
Guru
dari Mas Sukomartoyo antara lain RM Soenardi (Perguruan Tunggal Hati)
di kampung Brontokusuman (sisi timur kampung Timuran Yogyakarta).
Mas
Sukomartoyo mengajak latihan ke Pak Nardi. Disana sedang digiatkan
kegiatan seni dan olahraga dengan nama RAS (Rukun Agawe Santosa). Ada
voley, seni tari, pencak silat dll.
Menurut Mbak Edi, Pak Saring
melarang Mas Poeng dan Mas Budi ikut di pertunjukan pertunjukan yang
dikirim oleh RAS/Tunggal Hati dengan alasan tertentu.
Baru beberapa
bulan, Mas Sukomartoyo lulus terbaik SMA Johannes De Britto Yogyakarta.
Dan memutuskan ke Sekolah Seminari di Mertoyudan Magelang (sekolah calon
pastur).
Dan akhirnya latihan pencak di Brontokusuman langsung bubar.
Mas
Poeng dan Mas Budi yang sebelum itu sudah diutus oleh Pak Saring untuk
sedikit belajar ke Bp. Netra Widjihartani (Prisai Sakti Mataram), Bp.
Darsono (SHO/Setia Hati Organisasi) dan yg paling lama ke mbah
Joyosuwito (POPSI Bayumanunggal di Timuran Selatan / Prawirotaman) dan
lain lain, dan diberi dawuh oleh Pak Saring, untuk *mempersiapkan diri*
fokus pada latihan "Merpati Putih", untuk disiapkan menjadi *pewaris
keilmuan*, meneruskan amanah yg diberikan Pak Saring.
Mas Guntur
yang juga hadir semalam di rumah dan juga pendiri Perguruan Reti Ati itu
adalah putra bungsu Pak Nardi (Perguruan Tunggal Hati) . Semalam saya
juga dikenalkan putra dari Mas Guntur yakni Mas Halilintar selaku calon
Pewaris dari Reti Ati.
Mas Poeng pernah mengatakan bahwa Mas
Guntur dilatih Merpati Putih oleh Mas Budi. Menurut Mbak Edi, Mas Guntur
sering latihan di sor pring di Timuran dengan Mas Yas Hariprasetyo
(adik kandung Mas Poeng Mas Budi) kala itu karena memang seumuran dengan
Mas Yas (Mas Yas adalah yang mengembangkan dan memajukan MP Bali) .
Mbak Yanti/mami saya semalam juga mengatakan kalau Mas Guntur pernah
membantu mas Budi melatih Merpati Putih sewaktu di Jogja kala itu.
Belakangan,
kira kira th 1976 ketika Mas Poeng dan Mas Budi sudah hijrah ke Jakarta
dari Yogyakarta, Mas Guntur mendirikan PPS RA (Reti Ati).
Pertemuan
terakhir Romo Suko dengan Mas Poeng adalah ketika Mas Poeng sakit dan
di rawat di Rumah Sakit Haji Pondok Gede. Mas Pung mengatakan kepada
Romo.. "Romo, kalau sedang tugas kemana mana sebagai Pastor seperti ke
Eropa atau Amerika dan butuh sesuatu hubungi Merpati Putih disana,
bagaimanapun Romo adalah keluarga saya dan keluarga Merpati Putih".
Ah...
3 orang sahabat yang cerita perjalanan hidupnya membuat saya kagum. Mas
Poeng yang memutuskan hijrah dari seorang kristen menjadi seorang
Muslim hingga akhir hayatnya, Mas Budi tetap menjadi seorang Kristiani
yang baik dan taat hingga akhir hayatnya, dan Romo Suko yang telah
mengabdikan dirinya menjadi seorang Pastur Katholik sepanjang hayatnya
hingga sekarang dan mendirikan Tunggal Hati Seminari (THS / THM) pada
tahun 1986.
Kisah beragamnya perjalanan hidup Guru guru kita dan
para sahabatnya yang mewarnai Sejarah Perjalanan PPS BETAKO MERPATI
PUTIH. SEMOGA TUHAN SELALUI MENYERTAI KITA SEMUA. AMIEN....
Jumat, 28 Mei 2021
MERPATI PUTIH & TUNGGAL HATI SEMINARI / TUNGGAL HATI MARIA & RETI ATI
Jumat, 21 Mei 2021
OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)
OPERASI SAR GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN ILMU GETARAN MERPATI PUTIH (IGMP)
Postingan Asli Oleh Ir. Suprapto Purwijayanto / Mas Tok Alm.
24 Februari 2011
Foto Merapi Oleh Bert Lanting 30 Desember 2007 |
Jumat, 14 Mei 2021
Letnan Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Merpati Putih
4 Januari 2021
Menguasai
ilmu bela diri sudah menjadi suatu keharusan bagi setiap prajurit
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Apalagi bagi seorang Letjen TNI
(Purn.) Prabowo Subianto Djojohadikusumo, yang pernah menjadi anggota
pasukan elite Komando Pasukan Khususu (Kopassus).
Menurut data
yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi Kopassus, jebolan Akademi
Militer (Akmil) 1974 ini diketahui pernah menjadi Komandan Jenderal
(Danjen) Kopassus, periode 1 Desember 1995 hingga 20 Maret 1998.
Jauh
sebelum memimpin pasukan elite TNI Angkatan Darat itu, Prabowo kenyang
dengan pengalaman tempur. Beberapa diantaranya adalah saat diterjunkan
dalam Operasi Seroja di Timor-Timur, dan Operasi Pembebasan Sandera
Mapenduma Papua.
Selain mahir menggunakan senjata, Prabowo tentu
andal dalam penguasaan ilmu bela diri. Ternyata, Prabowo pernah
mempelajari berbagai ilmu bela diri yang berasal dari Jepang, semisal
judo dan karate.
Namun demikian, pria yang saat ini menjabat
Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) sempat merasa
kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia. Pasalnya, saat belajar
ilmu bela diri karate dan judo Prabowo harus mengikuti tata cara dan
istilah Jepang.
"Saya waktu prajurit itu memang ada
komandan-komandan saya yang suruh belajar karate, judo, dan saya ikut
juga menyenangi. Tapi, akhirnya kita harus ikut hormat secara Jepang,
pakai istilah Jepang. Saya kok merasa, di mana pride kita sebagai bangsa
Indonesia?" ucap Prabowo.
Timbul di benak Prabowo untuk kembali
ke akar. Ya, pada akhirnya pria kelahiran 17 Oktober 1951 ini menerima
anjuran dari sang senior, Mayjen TNI Mung Parahadimulyo, yang diketahui
pernah menjadi Danjen Kopassus ke-4 jauh sebelum Prabowo.
Diceritakan
Prabowo, Mung lah sosok yang berjasa membawa perguruan pencak silat
ternama, Merpati Putih, untuk menjadi bela diri utama di Kopassus. Pada
akhirnya, Prabowo pun ikut serta membesarkan bela diri pencak silat di
kalangan TNI Angkatan Darat.
Sebagai seorang nasionalis, Prabowo
dengan tegas menyatakan bahwa pencak silat adalah budaya asli Indonesia
yang akan memperkuat karakter bangsa. Menurutnya juga, budaya bangsa
akan terkikis jika putra-putri bangsa tidak ikut serta melestarikannya.
"Padahal
kita punya bela diri dari bangsa kita sendiri, yang hormatnya sesuai
dengan budaya kita. Di situ waktu itu, senior-senior di tentara Pak Mung
Parahadimulyo terutama. Beliau orang yang sangat nasionalis, patriotik.
Beliau menganjurkan kita kembali ke pencak silat," kata Prabowo
melanjutkan.
"Dan di situ lah, beliau bawa Merpati Putih ke
Kopassus dan akhirnya saya ikut dalam arus itu.K ita harus kembali ke
akar, siapa lagi yang harus menghormati budaya kita kalau bukan
putra-putrinya sendiri. Kalau kita tidak punya jati diri, saya kira
karakter kita tidak akan kuat," ujarnya.
Prabowo Subianto Menjenguk Mas Poeng dan berkata "Mas Poeng Ini Guru Silat Saya" 11 Mei 2014 |
Prabowo Subianto Menjenguk Mas Poeng dan berkata "Mas Poeng Ini Guru Silat Saya" 11 Mei 2014 |
Sumber Foto: Nambi' Prazetyo ThreEmofive
-pancer-
Jumat, 07 Mei 2021
ISU ILMU GETARAN MERPATI PUTIH HOAX DI KOPASSUS
Postingan Asli Oleh Mas Gunggung
2 April 2012
Mas Panut, anggota MP dari kesatuan Kopassus, membagi pengalaman menariknya menjelang peringatan HUT Merpati Putih yang ke-49 di MP Nursery Cipayung, Jakarta Timur.
Beberapa tahun yang lalu berhembus isu di Kopassus bahwa ilmu Getaran Merpati Putih adalah hoax alias bohong alias tipu-tipu. Tidak tanggung-tanggung, isu itu dihembuskan oleh atasannya sendiri. Mendengar isu tersebut, Komandan Jendral KOPASSUS saat itu (pak Prabowo Subianto) memanggil semua anggota KOPASSUS yang dilatih MP untuk dimintai pertanggungjawaban. Turut dipanggil juga mas Toto Suwardoyo (senior MP yang juga melatih KOPASSUS). Dikumpulkanlah 15 orang anggota yg berlatih MP. Anggota pertama ditanya, karena jawabannya dianggap tidak meyakinkan maka langsung dihajar dan tersungkur. Demikian juga anggota kedua, dan ketiga. Dengan tidak menunggu lama dan karena ingin mempertahankan kehormatan MP di KOPASSUS, mas Panut yang berada di urutan ke-13 berkata lantang kalau dia akan mempertahankan kehormatan MP dengan ilmu getarannya.
Setelah itu, mas Panut ditutup matanya oleh danjen KOPASSUS dengan lakban hitam. Tidak tanggung-tanggung sampe lima gulung lakban. Semua muka, hidung, mulut, hingga seperti mumi. Diberikan oksigen untuk bernafas hanya pada lubang kecil dimulut yg dilobangi dengan sangkur. Setelah itu ditambah lagi dengan diikat matanya menggunakan syal, lalu dililit lagi dengan lakban hitam.
Saat selesai, masih ditambahi dengan tubuhnya dihajar, ditendang, hingga lima menitan. Setelah selesai, lalu dibawa ke rumah dinas KOPASSUS yang cukup besar yang lampunya dimatikan. Gelap total. Dikepalanya ditodong senjata yang sudah terkokang dengan ancaman kalau kamu tidak bisa menunjukkan kebenaran ilmu Getaran MP seperti yang dituduhkan maka kamu akan habis malam ini juga. Tidak ada kompromi.
Yang harus dilakukan mas Panut adalah mencari sebuah benda yang oleh DanJen KOPASSUS disembunyikan di dalam rumah di suatu tempat yang entah berantah.
Akhirnya, benda yang dimaksud diketemukan. Benda tsb ditempelkan dilangit-langit kamar yang cukup tinggi dan dilakban hitam juga. Saat mas Panut berusaha mengambil dengan menyiapkan kursi kecil, dibentak oleh DanJen KOPASSUS. Tidak usah diambil, cukup kamu katakan saja itu apa. Dijawab kalau itu sebuah kertas kecil. Ditanya dengan lantang oleh DanJen, coba kamu baca apa yang saya tulis disitu! Dijawab oleh mas Panut dengan mantap "siap... BALADIKA!".
Dan setelah selesai, atasan mas Panut yang menghembuskan isu kalau getaran itu hoax langsung dipanggil saat itu juga dan dihajar habis-habisan di depan anak buahnya sendiri. Dikatakan lantang oleh DanJen KOPASSUS, "Kamu ini yang bohong! Getaran MP itu yang benar!". Dan dihajar lagi habis-habisan.
Berkat usahanya yang gigih dalam mempertahankan kehormatan Merpati Putih di KOPASSUS saat itu, mas Panut dihadiahi kenaikan tingkat kehormatan oleh Guru Besar Mas Poeng dari Khusus 1 menjadi Khusus 2.
Menurut mas Panut, roh beladiri Kopassus adalah Merpati Putih meskipun ada beladiri lain yang masuk silih berganti. Selain sejak tahun 1975 MP diajarkan kepada KOPASSUS sebagai skill pelengkap kemampuan istimewa individu pasukan, juga karena setiap kali ada demonstrasi beladiri, SELALU SAJA peragaan Merpati Putih yang menimbulkan decak kagum militer luar negeri.
Mas Amran Panut Saat HUT MP 2 April 2012 |
Mas Amran Panut Bersama MP KOPASSUS |
Mas Amran Panut Dengan Kedua Seragam Kebesarannya |